Setelah cuti dari dunia persepedaan selama kurang lebih 1 tahun, sepertinya sudah waktunya untuk kembali turun gunung naik gunung. Mungkin ini waktu yang tepat juga untuk upgrade beberapa part sepeda Thrill Agent TR 3.0 2011 untuk yang pertama kali. Membicarakan upgrade parts sepeda memang tidak ada habisnya, upgrade memang hal yang menyenangkan jika memang bersepada adalah suatu hobi. Saya harus pintar-pintar memilih komponen yang akan saya upgrade karena anggaran yang terbatas. Memprioritaskan bagian yang mampu mendongkrak dari sisi kenyamanan dan performa gowes saat uphill.
UPHILL //==\\
---------- __o` //==========// \\=\\
-------- _'\<,_ //=====// \\
------- (*)/ (*) //====// \\
==================// MOUNTAIN \\
Terpilihlah beberapa komponen yang saya upgrade, komponen yang saya kira bisa membawa perubahan signifikan dalam sensasi bersepeda.
-
Hub Freehub
Saya memilih untuk mengganti hub freehub bawaan ke hub freehub 4 bearing supaya lebih loncer putarannya. Saya memilih untuk menggunakan merk Turner model BLK 20. -
Fork
Sebenarnya fork impian adalah Rockshox SID, tapi karena harganya yang jauh menjulang tinggi akhirnya saya memilih merk RST model F1RST. Dengan menggunakan suspensi ini yang berjenis angin bisa memangkas bobot sepeda signifikan dan sangat mudah disesuaikan dengan berat badan. -
Ban dan Stiker Rim
Akhirnya saya memilih kembali ke ban Maxxiss Detonator yang dulu pernah saya pakai (hanya 1 bulan) supaya bisa melaju lebih kencang serta memiliki akselerasi lebih tinggi di medan beraspal, sebelumnya saya memakai Maxxiss Crossmark. Dan penambahan stiker untuk rim-nya supaya lebih elegan saat dilihat. -
Crank + Sprocket 9 Speed 12-36T + Gear 42T
Bagian yang paling diagung-agungkan dan terlihat mentereng bagi orang dalam bersepada, drivetrain. Sebenarnya saya ingin sekali full upgrade ke drivetrain 10 speed seri Shimano Deore XT atau minimal Shimano Deore. Karena keterbatasan dana akhirnya saya hanya memilih untuk mengganti beberapa part drivetrain seperti crank Deore yang sudah memakai BB Hollowtech II, sprocket 9 speed rasa 10 speed (12-36T), dan extra large cog 42T.
Itulah beberapa part sepeda yang saya upgrade untuk menunjang kembalinya saya dalam dunia persepedaan. Diantara beberapa part di atas, yang paling mengesankan adalah gir dengan gigi berjumlah 42 buah. Dari sejak diperkenalkannya groupset SRAM XX1 dengan 11 speed (1X drivetrain dengan sprocket 10-42T), beberapa forum sepeda luar negeri seperti MTBR sudah ramai membahas tentang cog terbesar yang dimiliki XX1 ini, gir 42T. Karena itulah beberapa merk terkenal seperti Wolftooth, E13, OneUp Components, dll ikut memproduksi gir 42T yang kompatibel dengan sprocket non XX1, sprocket 10sp seperti kepunyaan Shimano dan SRAM.
Review Gear/Cog 42T
Untuk cog saya ambil yang merk E13 seharga Rp 650.000, saya beli dari teman sesama uphiller karena memang di kota kecil saya tinggal tidak ada sama sekali toko sepeda yang menjual cog 42T ini, masih termasuk barang langka. Sebelumnya saya sempat ragu apakah cog ini bisa digunakan di drivetrain 9 speed dengan sprocket 11-34T kepunyaan Shimano Alivio, karena sebelum saya benar-benar membeli sempat baca-baca di internet kalau cog ini hanya kompatibel dengan sprocket 11-36T SLX/XT/XTR 10 speed. Tapi tetap saja saya “nekat” ingin pasang cog 42T ini di drivetrain 9sp Alivio saya.
Saat memasang cog 42T ini, saya juga mengganti sprocket bawaan (11-34T) ke sprocket 12-36T (9sp rasa 10sp). Agar cog 42T dapat masuk, saya harus melepas salah satu cog yang ada di sprocket 12-36T, akhirnya saya pilih yang 16T. Saya juga mengganti cog terkecil 12T dan saya ganti ke 11T (gir terkecil bawaan sprocket 11-34T). Sekarang sprocket saya menjadi 11-42T 9 speed (11-14-18-21-24-28-32-36-42) dan tetap mempertahankan 3X chainring kepunyaan Deore. Untuk rantai sama sekali tidak saya tambah beberapa link supaya panjang, masih tetap seperti aslinya. Dengan catatan jika menggunakan gir belakang 42T maka depan harus menggunakan gir chainring paling kecil karena panjang rantai hanya dapat mengakomodir demikian. Saya juga tetap mempertahankan RD Long Alivio bawaan sepeda dan sama sekali tidak mengatur B-screw. Rear Derailleur Alivio 9sp benar-benar dapat mengakomodir cog 42T dengan baik begitupun dengan perpindahan antar gir tanpa kendala, just plug ‘n play.
Pada saat real track test drive, semua perpindahan cog ke cog yang lain terasa smooth, termasuk perpindahan dari gir 36T ke 42T (padahal selisih 6T). Tidak pernah ada kejadian chain drop dan chain slap. Terbukti penggunaan cog 42T ini terasa sangat membantu pada track yang memiliki tanjakan panjang apalagi curam. Saya menggunakan gir depan 22T dan belakang 42T hanya untuk melahap tanjakan-tanjakan yang curam, jika tidak curam masih cukup dengan perpaduan antara gir 22T dan 36T.
Biarpun orang bilang “yang penting dengkulmu bukan sepedamu”, tapi ternyata upgrade sepeda memang dapat meningkatkan kenyamanan dan performa saat gowes. Itulah yang saya alami, saya bukan pembalap apalagi atlit, saya hanya manusia biasa yang mempunyai hobi sepeda terutama uphill dan ingin tetap menjaga kesehatan tubuh. Mungkin suatu saat nanti saya akan pindah ke 1X single chainring, tapi mesti banyak latihan power dulu.